Entri Populer

Kamis, 30 Desember 2010

SECERCAH HARAPAN SEORANG ANAK

Theng...theng...theng...jam dinding kamarku berdentang 5 kali, suasana pagi telah kembali lagi, aku merasakan pagi ini dengan penuh semangat, udara pagi yang begitu segar,membuatku semakin merasa bersyukur kepada-Nya, karena pagi ini aku masih bisa membuka mata setelah semalaman terlelap, masih dalam kondisi yang sehat dan masih dalam lindungan-Nya.
“Hari ini hari libur ya kak?” aku kaget ketika ada suara yang muncul di belakangku, di saat aku sedang merenungi kehidupan ini di balik jendela kamar.
“Eh, ada adek, iya sayang….hari ini kakak libur ,”
“Asyiiiik…..kalau gitu bisa jalan-jalan ni kak!”
“iya sayang, sini kakak pangku, kakak pengen cerita sesuatu”
Aku merasa sangat beruntung di dunia ini, karena telah diberi keluarga yang sangat baik, sangat harmonis, kehangatan keluarga sangat terasa didalamnya. Aku miris mendengar teman-teman yang memiliki keluarga yang tidak harmonis, kedua orang tua yang tega  saling bertengkar di depan anak-anak karena hal-hal yang sepele, dan masih banyak lagi.
Kesibukanku menjadi mahasiswa di salah satu universitas negeri di Indonesia tak membuat komunikasiku dengan keluarga tersendat-sendat, karena hampir setiap hari aku  memberi kabar kepada ibu atau ayahku, namun jarak yang memisahkan kami kadang sangat menyiksaku. Tersiksa karena kini tak bisa selalu ada disamping mereka, tak bisa selalu menjaga mereka, namun inilah tantangan hidupku, aku harus berani mengambil resiko di setiap aku memilih jalan hidupku. Harus ada yang dikorbankan ketika kita harus memilih salah satu pilihan.
“Alya…….!” panggil ibuku dari dapur. Dengan tergopoh-gopoh aku menghampiri ibuku.
“Sini nduk, bantuin ibu masak”. Nduk  adalah panggilan kesayanganku, sama artinya dengan nak. Sudah menjadi rutinitas biasa kalau aku sedang ada di rumah, tempat yang paling aku senangi adalah di dapur, karena disitu  adalah tempat sumber makanan berada, tak heran jika badanku besar, karena memang aku suka makan.
“Uhuk…Uhuk….” terdengar suara batuk ayah yang sangat keras, sudah lama ayah batuk yang tidak kunjung sembuh, karena ayah susah diajak untuk berobat, alasannya selalu sama.
“Ayah tidak ingin tahu penyakit ayah, biar ayah tetap merasa tenang menjalani hidup ini, agar pikiran ayah tidak di bebani dengan pantangan-pantangan dari dokter”
Terhenyak hatiku mendengar kata-kata ayah yang selalu melontarkan jawaban yang sama kepadaku ketika aku minta beliau untuk ceck kesehatan di dokter. Seperti pepatah maksud hati memeluk gunung  namun apa daya tangan tak sampai.
“Adek…..ayo kita jalan-jalan, mumpung kakak dirumah ni…..adek pengen kemana?”
“Terserah deh kak, yang penting jalan-jalan……asyiiiik, aku seneng deh kakak dirumah, jadi tambah banyak yang ngajakin jalan-jalan.”
“Yaudah,  kita ke taman aja, adek kan suka bermain disana tuh”
Adekku ini baru berumur 4 tahun, sebenarnya dia adalah putra kakakku, namun sangat suka memanggilku kakak, dia sangat suka jalan-jalan dan melakukan hal-hal lucu yang membuat orang-orang disekelilingnya merasa geli, mungkin yang baru mengenalnya merasa heran, karena ada saja hal-hal yang ia lakukan, aku tiga bersaudara, dengan kakak pertamaku 34 tahun, kakak keduaku (25 tahun) dan  aku sendiri 19 tahun. Orang tuaku memiliki 2 anak angkat, jadi jarang ada suasana sepi di dalam rumahku, yang ada hanya canda tawa, namun kadang ada juga keadaan sepi, jika semua orang pergi dengan kesibukan masing-masing.
 Hari berlalu dengan rutinitas seperti biasa, aku pulang seminggu sekali ketika tidak ada kegiatan di kampus. Kesempatan untuk pulang ini kugunakan baik-baik, tak semenitpun aku menyia-nyiakan waktu untuk berkumpul dengan keluargaku tercinta.
“Uhuk…Uhuk…Uhuk” Suara ayah sudah terdengar dari luar rumah. Aku berusaha untuk mendekati ayah, namun terasa sulit, karena masih sangat akrap dengan prinsip yang teguh untuk tidak periksa dengan dokter. Namun semangatku tak pantang menyerah, aku terus berusaha untuk membujuk ayah, namun gagal lagi.
Pada suatu kesempatan, aku diminta untuk mengikuti pelatihan konselor advokasi berhenti merokok, dengan semangat yang membara aku mengikutinya, dalam pelatihan itu aku diberi bekal tentang rokok, bahaya-bahaya rokok, kandungan-kandungan kimia yang ada di rokok itu sendiri undang-undang tentang rokok, dan masih banyak lagi. Aku semakin miris melihat ayahku yang perokok, beliau memang seorang perokok aktif dan hampir satu slop setiap harinya, kalau dibayangkan betapa ngeri kondisi organ-organ di dalam tubuhnya, yang telah di gerogoti banyak penyakit, paru-paru yang kini tak lagi seperti dulu, batuk-batuk yang tak kunjung sembuh, kondisi tubuh yang lemah, mudah terserang flu dan penyakit akibat kelelahan lainnya, aku memandang ayahku sebagai sosok yang sangat aku tauladani, beliau sangat bijaksana, sangat baik, tegas, humoris, jarang marah, sangat menjunjung tinggi ajaran agama kami.
Suatu sore aku mencoba untuk berdiskusi dengan ayahku.
“Yah, rokoknya sehari habis berapa batang?”
“Ya mungkin satu bungkus lebih”
“Pernah gak sih terpikir ingin berhenti merokok?”
“Pernah sih pernah nduk namun masih belum kepingin?”
“Ya memang semua itu butuh proses yang sangat panjang, yang penting ayah udah kepikiran untuk berhenti, meski belum bisa”
Hari demi hari masih saja ayah tak mengurangi jumlah rokok yang dihisap setiap harinya, malah kulihat semakin sering dan bertambah banyak. Tak kulihat perkembangan yang lebih baik. Dalam suatu kesempatan aku melakukan praktek konseling sebagai kelanjutan dari pelatihan konselor, aku melakukan interverensi kepada orang –orang yang merokok, menjadi hal yang sangat menantang, aku aku bertekad setelah melakukan konseling kepada orang-orang, aku ingin melakukan konseling kepada ayahku. Kutemui satu demi satu pasienku, salah satunya adalah seorang remaja pria  berumur 16 tahun, bertubuh kecil dan memiliki raut wajah yang tidak segar, setelah melalui beberapa pertanyaan, akhirnya aku bertanya sebab dia pernah berhenti merokok.
“Yang membuat saya berhenti merokok adalah ketika saya divonis oleh dokter kalau saya terkena penyakit TB (Tuberculosis), sampai saat ini saya masih mengidap penyakit tersebut”
Aku terkejut mendengarnya berkata demikian, berarti waktu saya konseling dengannya, dia dalam kondisi mengidap penyakit TB, tanpa menggunakan masker, padahal sudah diwajibkan kepada pihak klinik untuk menggunakan masker kepada orang-orang yang menderita penyakit TB. Waktu itu saya sangat pasrah kepada yang Allah SWT, jika saya tertular karena dia tidak memakai masker maka itu telah menjadi takdir saya, rasanya memang takut, tapi itu telah menjadi takdir yang tak bisa dipungkiri lagi. Lebih miris ketika aku tahu penyebab dia memiliki penyakit TB adalah karena rokok, aku menjadi sangat kesal dengan rokok. Ketika aku dirumah, aku mencoba untuk melakukan perbincangan dengan ayahku.
“Yah, tahu gak kalo rokok itu dapat menyebabkan banyak penyakit?”
“Iya paling cuma batuk, batuk gangguan pernapasan.”
”Bukan cuma itu ayah, rokok juga menyebabkan berbagai macam penyakit seperti TBC, stroke, kanker paru, dan masih banyak lagi” aku menjelaskan dengan memperlihatkan beberapa video tentang bahaya rokok.
“Coba deh yah bayangkan penyakit TB, penyakit itu sangat berbahaya dan dengan sangat mudah menular melalui udara, bayangin adek agung yah, dia masih berusia 4 tahun, masih sangat rentan, dan daya tahan tubuhnya masih lemah, padahal ayah sangat sering mengajak agung jalan-jalan, kemanapun ayah pergi agung selalu ikut, apa ayah nggak kasihan kalau ayah merokok di dekat agung? itu akan sangat membahayakan kesehatan mereka”
Aku melihat ayah terdiam tanpa kata, baru kali ini aku melihatnya seperti itu, aku merasa sedikit ada angin segar di dalam hatiku, merasa kalau mimpiku untuk membuat ayah berhenti merokok akan berhasil.
“Tapi susah nduk bagi ayah untuk berhenti, ayah sudah kecanduan sepertinya”
“Semua itu butuh proses yah, kalau tekad ayah untuk berhenti merokok lebih kuat daripada keinginan untuk tetap merokok, maka adek yakin, ayah akan bisa melakukannya, sebenarnya obat yang paling manjur untuk berhenti merokok adalah tekad dan niat yah, semua orang dirumah ini sangat mendukung ayah untuk berhenti, ibu, dan kakak sangat menginginkan ayah untuk berhenti, ayolah yah, akmi semua ingin ayah sehat tanpa merokok”
Aku semakin merasa senang karena sekarang ayah terlihat berpikir secara lebih keras, namun juga masih berharap dengan cemas menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan ayah.
“Ada tiga metode untuk berhenti yah, yaitu menunda, mengurangi, dan berhenti. ayah bisa pilih salah satu metode di atas.
“Oke, ayah ingin mencoba, namun menggunakan metode mengurangi lebih dulu”
“Alhamdulillah, Allahu Akbar, aku langsung mencium kedua tangan ayah, dengan perasaan sangat bahagia aku sampaikan kabar tersebut kepada ibu dan kakakku, sujud syukur mereka lakukan ketika mendengar kabar itu. 

Jumat, 17 Desember 2010

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

PENGERTIAN

          Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan. Berikut ini merupakan beberapa pengertian wabah:
  1. Dalam PP No 41 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
  2. Dalam UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
  3. Menurut Last (2001), Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah, tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu. Hakikatnya outbreak sama dengan epidemi (wabah). Hanya saja terma kata outbreak biasanya digunakan untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang relatif terbatas.

KRITERIA YANG MENYEBABKAN SUATU PENYAKIT DIKATAKAN KLB/WABAH

Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis  
    penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya 
    (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan 
    dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Berikut ini disebutkan beberapa kriteria tentang KLB dari sumber lain :
1. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan 
    dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
2. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 
    50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
3. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih 
    dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB :
1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai mortalitas tinggi & penyakit 
    yang masuk program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus 
    neonatorum, Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria, Frambosia, Influenza, 
    Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi masuk program : 
    Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll

HERD IMMUNITY
Kekebalan Herd (atau kekebalan masyarakat) menjelaskan bentuk kekebalan yang terjadi ketika vaksinasi sebagian besar populasi (atau kelompok) memberikan ukuran perlindungan bagi individu yang belum mengembangkan kekebalan. teori imunitas Herd menyatakan bahwa, pada penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi mungkin akan terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular.
Berikut ini dijelaskan pengertian Herd immunity, yaitu merupakan tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Estimasi Herd Imunitas ambang untuk penyakit yang dapat dicegah vaksin. Transmisi Penyakit ambang kekebalan R0 Herd:
Difteri Air liur 6-7 85%
Campak Airborne 12-18 83-94%
Gondong Airborne droplet 4-7 75-86%
Pertusis Airborne droplet 12-17 92-94%
Polio tinja-oral route 5-7 80-86%
Rubella Airborne droplet 5-7 80 - 85%
Cacar Sosial menghubungi 6-7 83-85%
R0 adalah bilangan reproduksi dasar, atau rata-rata jumlah kasus infeksi sekunder yang dihasilkan oleh kasus indeks tunggal dalam populasi benar-benar rentan.
       Vaksinasi bertindak sebagai semacam firebreak atau firewall dalam penyebaran penyakit ini, memperlambat atau mencegah penularan lebih lanjut dari penyakit ini kepada orang lain. individu tidak divaksinasi secara tidak langsung dilindungi oleh individu divaksinasi, karena yang terakhir tidak akan kontrak dan menularkan penyakit antara individu yang terinfeksi dan rentan. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan masyarakat imunitas kawanan dapat digunakan untuk mengurangi penyebaran penyakit dan menyediakan tingkat perlindungan ke subkelompok, rentan tidak divaksinasi. Karena hanya sebagian kecil dari populasi (atau kelompok) dapat dibiarkan tidak divaksinasi untuk metode ini menjadi efektif, dianggap terbaik tersisa untuk mereka yang tidak dapat dengan aman menerima vaksin karena kondisi medis seperti gangguan kekebalan atau untuk penerima transplantasi organ.
        Kekebalan Herd hanya berlaku untuk penyakit yang menular. Ini tidak berlaku untuk penyakit seperti tetanus (yang menular, tetapi tidak menular), dimana vaksin hanya melindungi orang yang divaksinasi dari penyakit. Herd kekebalan seharusnya tidak dibingungkan dengan kekebalan kontak, sebuah konsep terkait dimana individu yang divaksinasi dapat 'menularkan' vaksin ke seseorang lainnya melalui kontak.

LANGKAH – LANGKAH YANG DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH WABAH

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.
Penanggulangan KLB :
1. SKD KLB
2. Penyelidikan dan penanggulangan KLB
3. Pengembangan sistem surveilans termasuk pengembangan jaringan informasi Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral
Pelacakan KLB
1. Garis Besar Pelacakan KLB
- Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan tempat kejadian
- Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran.
- Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha pelacakan.
2. Analisis Situasi Awal
- Penentuan atau penegakan diagnosis
- Penentuan adanya wabah
- Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)
3. Analisis Lanjutan
- Usaha Penemua kasus tambahan
 Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk menemukan kemungkinan adanya kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.
 Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala ringan tetapi mempunyai potensi menderita atau kontak dengan penderita.
- Analisa Data secara berkesinambungan.
- Menegakkan Hipotesis
- Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
 Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
 Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
 Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan suatu format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk survailans epidemiologi terutama high risk.
Referensi:
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
www.enotes.com/public-health-encyclopedia/epidemic-theory-herd-immunity
medical-dictionary.thefreedictionary.com/herd+immunity
Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak. Available
fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16

oleh :
Rini Anik N.R
Mahasiswa FKM Undip